TELINGA Sinta Siti Willa Binti Tarian bengkak berdarah. Dari 39 siswa Kelas V SDN 118/VII Desa Batuputih, Pelawan, Kabupaten Sarolangun, Jambi, 21 siswa diantaranya diperintah oknum guru Mawardi menjewer alat dengar Sinta, masing-masing sebanyak 10 kali. Akibat sering datang terlambat, akhirnya Sinta tidak dapat masuk sekolah karena sakit di telinganya.
Menurut Kepala SDN 118/VII Batuputih, Sumiati, peristiwa itu terjadi Jumat (23/4). Saat itu, Sumiati sedikit heran melihat Sinta datang ke ruangannya sambil menangis dan memegang telinganya. Ketika ditanya, Sinta mengaku telinganya habis dijewer teman sekelasnya masing-masing 10 kali atas perintah oknum guru itu. “Saya tanya kenapa sampai menghukum anak sampai begitu kepada Pak Mawardi, dia bilang anak tersebut sering datang terlambat,” ujar Sumiati.
Terkait persoalan ini, Kepala Desa Batuputih, Karyon menerangkan Pemerintah Desa telah mengupayakan perdamaian antara wali murid dan guru yang bersangkutan. Hanya saja karena masalah ini sudah dilapor ke pihak polisi, Karyon mengatakan bukan urusannya lagi. “Karena sudah masuk ke ranah hukum,” kata Karyon. “Bukan wewenang kita.”
Diceritakan, seusai kejadian, sorenya ia didatangi warga melapor tindakan guru Mawardi. Mendengar itu, ia langsung lapor pada Kepala Dinas Pendidikan Sarolangun dan UPTD Pelawan. Melihat tidak ada tanggapan, atas permintaan orang tua siswi akhirnya masalah ini ia lanjutkan ke polisi. “Demi kebaikan guru itu sendiri serta menghindari timbulnya gejolak di masyarakat akibat peristiwa ini, sebaiknya guru itu dipindahkan saja,” pinta Karyon.
Kepala Dinas Pendidikan Sarolangun H Hefni Zen, melalui Kabid Dikdas H Anwar Harun mengaku sudah dapat informasi dan bertanya kepada Kepala SDN 118/VII Desa Batuputih. “Memang betul ada kejadian itu,” kata Anwar Harun. “Nanti kita panggil oknum guru tersebut, dan apabila terbukti akan kita tindak.”
Sedangkan Kapolres Sarolangun AKBP Mintarjo, di sela acara peringatan Hari Kartini di aula Kantor Bupati Sarolangun, menerangkan sudah mendapat laporan itu. “Kita akan panggil guru dan murid-murid yang diperintah menjewer untuk dimintai keterangannya,” tegas AKBP Mintarjo. Sementara Mawardi, sampai berita ini naik cetak belum dapat dikonfirmasi. (Aang Kunaepi)